Portal Berita Terupdate

Sanksi AS Jatuh, Mesin Perang Rusia Lumpuh

"Mesin Perang Rusia Terhenti, Akibat Sanksi AS yang Diberlakukan"

Ekonesia.com – JAKARTA – AS telah mengambil tindakan untuk menekan ekonomi Rusia yang tengah berperang dengan paket sanksi baru yang lebih luas, yang bertujuan untuk menargetkan sumber-sumber yang membantu Moskow dalam perjuangan mereka di Ukraina. Departemen Keuangan dan Departemen Luar Negeri AS mengumumkan pada Jumat (24/8) bahwa mereka telah membatasi 400 individu dan entitas di seluruh dunia, termasuk di China, Turki, dan Swiss.

“Wakil Menteri Keuangan Wally Adeyemo mengatakan dalam siaran persnya yang dikutip dari Business Insider pada Sabtu (24/8/2024), “Rusia telah menggunakan ekonominya sebagai alat untuk melayani kepentingan industri militer Kremlin.” Dia juga menambahkan, “Perusahaan, lembaga keuangan, dan pemerintah di seluruh dunia harus memastikan bahwa mereka tidak mendukung rantai pasokan industri militer Rusia.”

Sanksi tersebut juga termasuk tindakan terhadap jaringan transnasional yang menyediakan amunisi, pasokan militer, serta komponen mesin dan listrik canggih bagi Rusia. Jaringan-jaringan ini juga membantu para oligarki Rusia menghindari pembatasan sebelumnya dan membantu satu perusahaan pencucian emas.

Di Rusia, perusahaan-perusahaan teknologi informasi dan perangkat lunak yang penting bagi sektor keuangan negara juga menjadi sasaran, dan pembatasan pendapatan dari logam dan pertambangan juga diperluas. Dengan perang di Ukraina yang berlarut-larut hingga tahun ketiga, penelitian menemukan bahwa kementerian pertahanan Rusia masih terus mengakses peralatan yang dibutuhkan melalui pasar barang bekas dan mengandalkan perusahaan-perusahaan yang tidak jelas untuk mendapatkan produk-produk penting. Pasar luar negeri semakin berfungsi sebagai jalur penyelamat bagi Kremlin, dan Barat tidak berhenti dalam upayanya untuk mengakhiri hal ini.

Pada Desember 2023, sebuah perintah eksekutif memberi Departemen Keuangan AS kekuatan baru untuk memberlakukan sanksi sekunder pada lembaga keuangan yang bekerja sama dengan Rusia. Langkah ini telah menunjukkan hasilnya, seperti di China, di mana sebuah laporan baru-baru ini menemukan bahwa hampir semua bank Tiongkok sekarang menolak pembayaran dari Rusia, sehingga menghambat kemampuan Kremlin untuk menghindari sanksi.

Menurut data perdagangan yang dikutip oleh Financial Times, ekspor yang terkait dengan perang dari China dan Turki ke Rusia telah turun secara dramatis sejak perintah Desember. Ekspor barang-barang prioritas tinggi dari China turun dari USD421 juta menjadi USD212 juta antara bulan Desember dan Februari.

Departemen Keuangan AS mungkin tidak akan berhenti sampai di situ. Adeyemo mengatakan kepada outlet tersebut bahwa AS siap untuk mengancam sanksi sekunder terhadap negara-negara yang menjadi tuan rumah cabang bank Rusia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *