Ekonesia.com – Kelompok Studi Polimer Institut Teknologi Bandung (ITB) merilis hasil penelitian terbaru yang menguji keamanan dan kualitas air minum dalam kemasan galon berbahan polikarbonat (PC) dari berbagai merek ternama di Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua sampel air minum yang diuji aman untuk dikonsumsi dan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah dan standar internasional.
Kepala Laboratorium Teknologi Polimer dan Membran ITB, Akhmad Zainal Abidin, menegaskan bahwa semua sampel air minum yang diuji bebas dari zat berbahaya, termasuk Bisphenol-A (BPA). Zainal menjelaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi peluruhan BPA dari kemasan galon berbahan polikarbonat ke dalam air minum. Dari empat sampel merek air minum terpopuler yang diteliti, yaitu Amidis, AQUA, Crystallin, dan Vit, tidak ditemukan kandungan BPA. Hal ini menunjukkan bahwa kadar BPA dalam air minum masih sangat aman dan jauh di bawah ambang batas yang ditetapkan oleh otoritas keamanan pangan nasional dan internasional, seperti Standar Nasional Indonesia (SNI), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Penelitian ini merupakan bagian dari upaya Kelompok Studi Polimer ITB untuk mengedukasi masyarakat mengenai kualitas dan keamanan air minum dalam kemasan galon berbahan polikarbonat. Penelitian ini dilakukan dengan metode uji baku keamanan dan kualitas air minum nasional dan internasional, serta menggunakan alat ukur canggih yaitu High Performance Liquid Chromatography (HPLC) yang terkenal akan ketepatan akurasinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai Limit of Detection (LoD) BPA adalah 0,0099 mikrogram per liter (mcg/L), sedangkan ambang batas maksimum migrasi BPA dalam wadah penyimpanan yang ditetapkan oleh Peraturan BPOM Nomor 20 Tahun 2019 adalah 600 mikrogram per liter (0,6 ppm).
Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Barat, sebagai wilayah dengan jumlah sarana produksi industri air minum dalam kemasan terbanyak di Indonesia. Data dari Direktorat Registrasi Pangan Olahan BPOM menunjukkan bahwa Jawa Barat memiliki jumlah fasilitas terbanyak dengan 1931 fasilitas, diikuti oleh Jawa Timur dengan 166 fasilitas, dan Sulawesi Selatan dengan 158 fasilitas dari total 1.247 fasilitas produksi air minum dalam kemasan di seluruh Indonesia pada tahun 2022.
Dr. Zainal menjelaskan bahwa BPA pertama kali dibuat pada tahun 1891 dan digunakan secara luas dalam pembuatan plastik polikarbonat. BPA juga ditemukan dalam berbagai produk sehari-hari seperti tambal gigi, makanan dan minuman kaleng, serta kertas termal yang digunakan untuk struk belanja. Namun, menurut Zainal, kadar BPA dalam air minum masih aman dan diatur oleh regulator, yaitu BPOM.