ekonesia.com – Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan hari ini ditutup menguat tipis 4 poin atau 0,03% ke level Rp15.748 per dolar AS setelah sebelumnya melemah di posisi Rp15.753/USD. Para pedagang di pasar uang Indonesia tetap berhati-hati karena pemilihan presiden AS yang akan segera berlangsung dan berdampak pada indeks dolar AS.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, penguatan yang tipis ini didasarkan pada para pelaku pasar yang menghindari risiko sebelum pemilihan presiden AS. Hal ini membuat taruhan pemotongan suku bunga yang lebih dalam oleh The Fed melemah sehingga para pedagang harus lebih waspada. Perkembangan ini berdampak pada kedigdayaan indeks dolar AS.
“Selama pertemuan Federal Reserve minggu ini, The Fed diperkirakan hanya akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, lebih kecil dari pemangkasan sebesar 50 basis poin pada bulan September,” tulis Ibrahim dalam risetnya, Selasa (5/11/2024).
Kurs rupiah juga mengalami pelemahan pada data JISDOR BI (Bank Indonesia) hari ini yang tergelincir jatuh menjadi Rp15.766 per USD. Angka ini lebih lemah dari sesi sebelumnya Rp15.751/USD. Hal ini menunjukkan adanya penurunan di pasar tenaga kerja yang memberi The Fed dorongan untuk terus memangkas suku bunga.
Pilpres AS yang semakin memanas antara Donald Trump dan Kamala Harris menuju pemilihan presiden yang ketat, jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan. Fokus utamanya adalah pada tujuh negara bagian medan pertempuran yang berpotensi menentukan jalannya pemilihan. Pemungutan suara akan dimulai pada hari Selasa.
Di Tiongkok, rapat NPC menjadi fokus untuk isyarat stimulus lebih lanjut dari Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional Tiongkok. Badan politik paling berkuasa di negara itu memulai rapat empat hari pada hari Senin. NPC diperkirakan akan menyetujui lebih banyak pengeluaran fiskal oleh pemerintah, terutama setelah Beijing menguraikan serangkaian langkah fiskal untuk mendukung pertumbuhan.
Dari sentimen internal, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2024 tercatat mencapai 4,95% (YoY). PDB Indonesia atas dasar harga berlaku pada kuartal III 2024 mencapai Rp5.638,9 triliun, sedangkan PDB berdasarkan harga konstan mencapai Rp3.279,6 triliun. Namun, pertumbuhan ekonomi masih lebih tinggi pada kuartal II 2024, yakni 5,05% (YoY) dan tumbuh 1,50% QtQ.
Lemahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia ini disebabkan tidak adanya momen pendorong seperti Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) seperti pada kuartal pertama dan kedua tahun ini. Hal ini berpotensi menurunkan konsumsi masyarakat. Di sisi lain, investasi yang tumbuh melambat pada kuartal III 2024 juga akan berdampak pada kontribusi pertumbuhan PDB.
Berdasarkan data di atas, mata uang rupiah untuk perdagangan berikutnya diprediksi akan bergerak fluktuatif namun kembali ditutup menguat di rentang Rp15.640 – Rp15.750 per dolar AS.