ekonesia.com – Utang nasional Amerika Serikat ( AS ) dilaporkan telah melampaui angka USD36 triliun, atau sekitar Rp568.800 triliun (kurs Rp15.800 per USD). Dengan angka tersebut, mengutip usdebtclock.org, setiap pria, wanita, dan anak di Amerika saat ini menanggung beban utang USD106.600, atau lebih dari Rp1,6 miliar. Data juga menunjukkan bahwa rasio utang federal terhadap PDB sekarang berada di angka 122,85% – naik dari 55,36% pada tahun 2000, dan 34,71% pada tahun 1980. Dengan memperhitungkan utang negara bagian, lokal, pinjaman mahasiswa, kartu kredit, dan pribadi, utang AS diperkirakan berjumlah lebih dari USD102,63 triliun – hampir menyamai nilai dari seluruh ekonomi global pada tahun 2023 yang sebesar USD105,4 triliun. Utang nasional AS telah merangkak naik selama 45 tahun terakhir sebagian besar disebabkan oleh pengeluaran militer dan perang yang tidak bertanggung jawab secara fiskal, kurangnya akuntabilitas di Kongres dalam menyeimbangkan anggaran, serta banyak faktor lainnya. Ekonom terkemuka di Departemen Keuangan AS telah lama meremehkan pentingnya utang federal, dengan mengutip pertumbuhan ekonomi dan kekuatan ekonomi AS dalam sistem ekonomi dan keuangan global dalam filosofi fiskal yang “terlalu besar untuk gagal” yang dilambangkan oleh kutipan dari industrialis Amerika J Paul Getty bahwa “jika Anda berutang USD100 kepada bank, itu masalah Anda. Jika Anda berutang USD100 juta kepada bank, itu masalah bank.” Namun, tren terkini, termasuk menurunnya daya tarik dolar AS dalam perdagangan dunia berkat persepsi mata uang tersebut sebagai “senjata” untuk melawan negara-negara seperti Rusia dan Iran, kebangkitan kekuatan industri China dan pencarian hubungan dagang di luar lingkup pengaruh politik dan ekonomi AS, serta pembentukan dan penguatan lembaga internasional seperti blok BRICS telah menantang gagasan bahwa para pemimpin AS dapat menutup mata terhadap beban utang selamanya. “Pengeluaran pemerintah yang berlebihan mendorong Amerika bangkrut,” tulis miliarder teknologi Elon Musk, yang baru-baru ini ditunjuk oleh Donald Trump untuk mengepalai badan penasihat Departemen Efisiensi Pemerintah yang baru, dalam sebuah posting X minggu lalu. Celoteh Musk tersebut menggemakan sentimennya bahwa AS menghadapi “darurat keuangan,” dengan “hanya pembayaran bunga atas utang” yang merupakan “23% dari semua pendapatan pajak federal.” Menanggapi kekhawatiran Musk, sekutu Senat Trump Rand Paul mengatakan AS memiliki “kesempatan” untuk menghentikan keruntuhan yang akan datang “jika kita bekerja sama dan cepat,” tetapi menyatakan kekhawatiran bahwa “kepemimpinan status quo tidak akan menyelesaikan masalah yang diciptakan oleh kedua belah pihak.” Sementara, bankir dari Institute of International Finance telah memperingatkan bahwa pemotongan pajak yang diusulkan Trump dapat “meledakkan” utang nasional jika tidak disertai dengan pemotongan pengeluaran. Kekhawatiran ini menggemakan sentimen yang diungkapkan oleh CEO JPMorgan Jamie Dimon pada bulan Januari yang menyebut utang sebagai “jurang” yang sedang dituju ekonomi AS dengan kecepatan “60 mil per jam.”
Kepala Masing-Masing Dituntut untuk Bayar Utang Rp1,6 Miliar dalam Krisis Keuangan
Recommendation for You
ekonesia.com – Biznet dan AEON Credit Service Indonesia (AEON) telah meluncurkan sebuah inovasi terbaru dengan…
ekonesia.com – Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto akan mengumumkan keputusan penting terkait dengan kenaikan…
ekonesia.com – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, sebagai perusahaan BUMN yang mempunyai komitmen kuat…
ekonesia.com – Wakil Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Wamen UMKM) Helvi Y Moraza meyakini,…
ekonesia.com – Data Consumer Price Index (CPI) Amerika Serikat mencatat level indeks sebesar 315,493 untuk…