ekonesia.com – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menegaskan bahwa ekspor listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) ke Singapura akan dipertimbangkan kembali. Namun, perjanjian ekspor listrik ini harus dibicarakan secara government to government (G to G).
“Saya sudah menyatakan bahwa hal ini harus dibicarakan G to G terlebih dahulu. Kita harus membicarakan kepentingan bangsa. Saat ini, di seluruh dunia, orang-orang sudah membicarakan tentang industri hijau dan energi bersih untuk menciptakan produk yang ramah lingkungan,” jelasnya seperti dilansir oleh ekonesia.com pada Sabtu (23/11/2024).
Bahlil juga menekankan bahwa Indonesia harus memanfaatkan keunggulan komparatif yang dimilikinya, termasuk di dalamnya adalah energi baru terbarukan. “Kita sedang membicarakan hal ini. Kita harus membuat konsep yang baik terlebih dahulu,” tambahnya.
Namun, Bahlil juga mengakui bahwa saat ini pihaknya sedang merancang konsep ekspor listrik bersih agar kedua negara dapat saling menguntungkan. “Kita harus membuat konsep yang baik terlebih dahulu. Kita akan mengekspor listrik ke negara lain, namun kita juga harus memperoleh manfaat yang sepadan dari negara tersebut,” tegasnya.
Bahlil menekankan bahwa hal ini dilakukan untuk mencegah Indonesia hanya menguntungkan negara lain tanpa mendapatkan manfaat yang setara. “Kita tidak boleh hanya menguntungkan satu negara saja. Kita harus menciptakan situasi win-win. Negara lain membutuhkan energi kita, namun kita juga membutuhkan negara lain untuk berbagi investasi,” tutupnya.