ekonesia.com – China mengkritisi Presiden AS terpilih Donald Trump yang berencana memberlakukan tarif tambahan pada barang-barang China. Menurut China, rencana tersebut tidak akan menyelesaikan masalah di Amerika. Pemerintahan AS yang akan datang justru akan menyalahkan China atas krisis opioid yang terjadi di negara tersebut, terkait pasokan Fentanil. Trump, yang akan mulai menjabat pada 20 Januari 2025, menyatakan akan memberlakukan tarif sebesar 10% untuk barang-barang China agar Beijing melakukan lebih banyak upaya untuk menghentikan perdagangan bahan kimia sebagai zat adiktif.
Ancaman Trump untuk memberlakukan tarif lebih dari 60% terhadap barang-barang China sudah disampaikannya saat masa kampanye. Namun, China tetap konsisten menentang kenaikan tarif sepihak tersebut. “Posisi China tetap menentang kenaikan tarif sepihak,” ujar juru bicara Kementerian Perdagangan China, He Yadong, dalam sebuah konferensi pers yang dikutip dari Reuters pada Kamis (28/11/2024). Menurutnya, menerapkan tarif sewenang-wenang pada mitra dagang tidak akan menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh Amerika.
He Yadong menambahkan bahwa AS harus mematuhi peraturan-peraturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan bekerja sama dengan China untuk mempromosikan hubungan ekonomi dan perdagangan yang stabil. Namun, para analis memproyeksikan bahwa kebijakan tarif yang akan diterapkan oleh Trump akan menjadi langkah awal dari perang dagang yang berlangsung selama empat tahun. Hal ini berpotensi jauh lebih buruk daripada masa jabatannya yang pertama, yang menyebabkan tarif sebesar 7,5% – 25% dan rantai pasokan global terputus.
Sebelumnya, orang yang dipilih oleh Trump untuk menjalankan Departemen Perdagangan dan mengawasi Kantor Perwakilan Dagang AS, Howard Lutnick, menyatakan dalam sebuah wawancara podcast pada bulan Oktober bahwa “China menyerang Amerika” dengan fentanil. Ia juga menyarankan agar Trump memungut tarif setinggi 200% pada China sebagai tanggapan atas hal tersebut.