ekonesia.com – China menanggapi ancaman Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump kepada negara-negara BRICS yang beralih dari dolar AS. China menyatakan akan terus memperluas kerja sama dengan anggota BRICS meskipun ada ancaman tarif dari Trump. Hal ini diungkapkan oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Lin Jian pada hari Selasa (11/1/2022).
BRICS merupakan kelompok ekonomi negara-negara berkembang yang beranggotakan Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Pada awal tahun ini, BRICS telah menerima empat anggota baru, yaitu Mesir, Iran, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab. Selain itu, sekitar 30 negara lain juga menyatakan minat untuk bergabung dengan BRICS.
Jian menegaskan bahwa BRICS merupakan platform penting untuk kerja sama di antara negara-negara berkembang. Tujuannya adalah untuk mencapai pembangunan dan kemakmuran yang komprehensif, bukan untuk terlibat dalam “konfrontasi blok” atau “menargetkan pihak ketiga mana pun.”
“China siap terus bekerja sama dengan mitra BRICS untuk memperdalam kerja sama praktis di berbagai bidang dan memberikan kontribusi lebih besar bagi pertumbuhan ekonomi dunia yang berkelanjutan dan stabil,” ujar Jian.
Sebelumnya, Trump mengancam akan memberlakukan tarif 100% pada barang-barang impor negara-negara BRICS jika mereka menciptakan mata uang baru atau mendukung mata uang lain sebagai saingan dolar AS. Namun, Presiden Rusia, Vladimir Putin, telah menyatakan bahwa anggota BRICS sedang mencari kemungkinan untuk menciptakan mata uang cadangan internasional. Pernyataan itu muncul setelah negara-negara Barat memberlakukan sanksi terhadap Rusia terkait krisis Ukraina.
Dengan demikian, China menegaskan bahwa mereka akan tetap memperluas kerja sama dengan BRICS dan tidak akan terpengaruh oleh ancaman tarif dari Trump. China juga menegaskan bahwa mereka akan terus bekerja sama dengan negara-negara anggota BRICS untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dunia yang berkelanjutan dan stabil.