Portal Berita Terupdate
Bisnis  

BI Rate Dipotong, Kuantitas Tukar Rupiah Diramal Makin Rentan

BI Rate Dipotong, Kuantitas Tukar Rupiah Diramal Makin Rentan

Ekonesia.com – JAKARTA – Kuantitas tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) diproyeksikan akan terus melemah seiring penurunan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis points menjadi 5,75% pada Januari 2025. Kepala Ekonom BCA, David Sumual memperkirakan, kurs rupiah masih rentan di tempat kisaran level Rp16.300 – Rp16.800 per dolar AS.

Namum demikian menurutnya, reaksi terhadap nilai tukar rupiah ini juga ada dampak dari kebijakan kenaikan tarif impor yang tersebut akan ditetapkan oleh Amerika Serikat.

“(Nilai tukar rupiah) pada jangka pendek masih bergerak di tempat 16.300-16.800. Namun masih tergantung kebijakan (Donald) Trump terkait tarif. Apa akan agresif penaikannya atau tidak,” ujar David ketika dihubungi MNC Portal, Akhir Pekan (19/1/2025).

Nilai tukar rupiah sendiri sepanjang perdagangan pekan ini 13 – 17 Januari 2025 terus mengalami pelemahan terhadap dolar. Mengutip data Bloomberg, Hari Sabtu (18/1/2025), rupiah spot pekan ini ditutup melemah 1,17% pada level Rp16.380 per Dolar Amerika dari sebelumnya Rp16.190 per Dolar Amerika pada awal pekan.

David menilai penurunan suku bunga dapat mengempiskan daya tarik aset berdenominasi rupiah bagi penanam modal asing, sehingga memicu arus pergi dari modal (capital outflow). Oleh sebab itu, eksekutif dinilai perlu menyediakan instrumen penanaman modal yang dimaksud menarik untuk penanam modal asing.

“Pemerintah bisa jadi hanya menyediakan outlet instrumen pembangunan ekonomi yang menarik untuk penanam modal asing serta mendiversifikasi instrumen kemudian pendalaman bursa dengan biaya pendanaan yang tersebut relatif murah, misal dengan menerbitkan dimsum bonds untuk menarik penanaman modal dari luar,” tambahnya.

Selain rupiah, dampak pemangkasan suku bunga ini diharapkan mampu menggalakkan gairah sektor ekonomi nasional. Namun kebijakan moneter ini dikatakan David, dampaknya baru akan terasa kemungkinan 6 bulan setelahnya terhadap sektor rill.

Sebab lewat pelonggaran suku bunga ini, harapannya sejumlah pelaku usaha mulai melakukan ekspansi juga membuka lebih tinggi banyak lapangan pekerjaan. Namun, pemerintahan juga perlu menyokong untuk penciptaan iklim pembangunan ekonomi yang kondusif.

“Dampak kebijakan moneter perlu waktu lebih besar lama ke sektor riil biasanya tambahan dari 1 semester. Harapannya akan lebih banyak menyokong gairah perekonomian ke depannya,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *